Langsung ke konten utama

Postingan

CERPEN - Si Pengadu

Postingan terbaru

Cerpen - Fragmen Satu Keluarga

  Fragmen Satu Keluarga oleh fyaalt Malam itu setelah mengerjakan PR aku berdiri tegak seraya menggenggam tanganku dan menyatakan bahwa aku sudah siap untuk menonton kartun kesukaanku.  “Aku siap! Aku siap! Ga boleh siapapun ganggu aku!” teriakku dalam hati. Malam itu Kakak merebahkan badan di kursi dan mulai memakai headphone kesayangannya. Dengan kaki yang di tekuk dan diangkat ke atas,  tangan kirinya sibuk memegangi gadget sedangkan tangan kanannya memegang kipas mini berwarna biru. Mukanya berwarna hijau seperti terkena tai kerbau. “Hei.. kak.. aku sudah selesai.” Kataku kepada kakak yang duduk di kursi tapi kakakku tak mendengar bahkan menoleh sekalipun.  Aku melirik ruang tamu yang masih kosong belum di datangi oleh ibu, bapak, dan kakak-kakakku. Aku akan cepat membereskan buku-buku ini dan menyimpannya. Aku berlari dan mencari remote tv yang sudah ku sembunyikan di dalam kain yang menutupi bantal.  “Hahaha… tidak ada yang akan menggangguku!” kataku dalam hati sambil tersenyum s

CERPEN - LELAKI YANG KU SEBUT AYAH

  LELAKI YANG KU SEBUT AYAH fyaalt Ketika  langit mulai mewarnai dirinya menjadi warna oranye kemerahan dan mentari tergantikan oleh benda bulat putih yang disebut bulan, lelaki itu kembali datang ke rumah dengan suara motornya yang sangat ku kenali bahkan dari kejauhan. Ketika lelaki itu sampai di depan gerbang, aku keluar untuk membantunya menggeser pagar yang menutupi jalan masuknya. Sekali lagi ku pandangi ia yang amat lelah dengan keringat basah yang  menempel  di wajahnya. Adzan mulai berkumandang sesaat tepat ketika lelaki itu menginjakkan kakinya di depan pintu masuk rumah kemudian adik-adik kecilku mulai berlarian sambil berteriak,  ”Ayaaaah!!”  Raut wajah lelah itu tergantikan oleh senyuman yang    seolah    adalah obat dari lelahnya. Bunda juga keluar dari tempat nyamannya untuk menyambut kedatangan ayah dengan senyuman, dan wewangian sambil salam menyium tangan ayah. Aku mulai berjalan ke arah kamar mandi untuk mengerjakan wudhu dan kemudian sholat. Bunda, ayah, dan adik-ad

Anak Pertama: Sebuah Anugerah

Anak Pertama: Sebuah Anugerah Oleh fyaalt Setelah aku menuliskan ini, aku harap dirimu menjadi lebih kuat, lebih tabah dan lebih sabar. Ingatlah saat hal menjadi Anak Pertama itu adalah sebuah anugerah. Anak pertama dituntut untuk menjadi sosok pemimpin bagi adik-adiknya, dituntut untuk dapat mengayomi dan menjadi panutan? Tidak,semua itu bukanlah suatu tuntutan. Itu adalah tantangan sekaligus anugerah. Dan kamu perlu tau itu. Bahwa untuk menjadi anak pertama memang tidak mudah juga bukan berarti tidak bisa menjalaninya. Semua bisa. Karena kamu hebat. Sebagai anak pertama, kadang kamu berandai-andai untuk mrnjadi yang tak paling tua, memiliki kakak yang dapat membantu biaya hidup keluarga, atau hanya ingin sekadar bermalas-malasan tanpa memikirkan tanggung jawab yang orang tua berikan. Iya sekadar bermanja-manjaan. Namun ternyata, kamu tetaplah anak pertama yang dibahunya tertumpuk berbagai tanggung jawab, memiliki segudang kewajiban dan kamu tak bisa seenaknya mengambil keputusa

Sebagai Manusia - oleh fyaalt

Sebagai Manusia Oleh fyaalt Sebagai manusia yang kerap mengartikan makna hidup ini, aku dapat mengerti bahwasannya setiap manusia memiliki jalannya masing-masing. Aku juga mengerti tentang keras dan beratnya hidup ini. Sebagai manusia yang kerap kali melakukan kesalahan, aku mengerti bagaimana diperlakukan dan dipandang rendah lewat kacamata oranglain bahkan ketika kita hanya seorang korban. Sebagai manusia aku dapat mengerti perasaan orang tua yang merasa gagal dalam mendidik dan   memenuhi kewajiban serta hak-hak dari anak-anaknya. Entah berapa banyak   waktu yang dikorbankan,keinginan yang ditangguhkan,bahkan berapa kali nyawa menjadi taruhan. Sebagai manusia yang pernah merasa gagal dalam kehidupan, aku juga mengerti harus bersikap bagaimana terhadap kegagalan ini. Dengan mengindahkan setiap kegagalan menjadi suatu langkah kesuksesan dan hal ini tidak mudah bagi setiap manusia. Sebagai manusia yang terpaksa harus kuat menahan tangis emosi dan amarah, akupun

Cerpen - Bukan Parasit #YouthPressID

Bukan Parasit Oleh fyaalt Tokk.. tokk.. tokk... tokk... tokk... "Kak, banguuun! Mau jadi apa kalo bangun kesiangan mulu! Rezeki itu jemput subuh-subuh!" Tok.. tok.. tok.. tok... suara gedor pintu kamarku semakin hari semakin kencang saja samapia membuatku merasa terganggu. Ya.. ayahku membangunkanku lewat ketokan pintu yg suaranya bisa memecahkan gendang telingaku. Walau begitu, dia tetap ayahku, ayah tersayangku. "Iyaaa... aku dah bangun! Jangan ketok ketok pintu udah bangun!" Jawabku dengan nada lantang setengah tidur. Aku bangun menyalakan lampu lalu tidur kembali. Itu siasatku, seolah-olah aku sudah bangun karena lampu kamarku menyala. Akhirnya sampai jam 7 pagi, ibu membangunkan aku, ibu masuk ke kamarku dan bilang bahwa aku sudah telat masuk kampus. Aku hanya kaget dan terburu-buru sampai lupa bahwa aku belum isi bensin untuk kendaraan tersayangku, motor matic. "Ayah, Ibu, aku berangkat." Salamku setiap pagi saat akan memulai hari. &quo

PUISI - Sunyi dan Egomu

Sunyi dan Egomu fyaalt Ku melihat kau di sudut jendala malam itu Terlihat termenung menatap bintang malam Kau seakan bertanya pada gelapnya awan Sembari ditemani tetesan rintik hujan Bergumam, “Berat, tak tahan. Perlu menunggu berapa lama lagi?” Begitu ku perhatikan Lewat punggungmu yang kau tunjukkan Dan bayangan hitam tampak merasakan kesedihan Sampai jam berdetak menemani kesunyian Menggema dalam ruang Mungkin kau tak merasakan kehadiranku Tapi ku berusaha untuk bertahan meyakinkan Justru kau semakin bersikukuh dengan pikiran Melawan keadaan dan hanya mempersulit pilihan Ruang gelap yang berlalu masih tertinggal di hadapan Kau melihat silaunya cahaya tapi tak berusaha menggapai Akhirnya kau hanya mendengar bisikan yang meragukanmu kembali Sehingga kau lupa egomu sendiri Bukankah hidup ini tetap dimiliki oleh Sang Pemilik Hati?