Langsung ke konten utama

SAKIT


Tentang sakit, tidak bisa disembunyikan. Ia akan tetap nampak walau kamu tidak pernah mengatakan. Dirimu yang lemah membuat panik anggota keluarga. Sama seperti kakak perempuanmu dahulu, tidak pernah pasti apa yang dia rasakan. Untungnya dia pandai menulis, senang sekali. Buku hariannya tertumpuk, walaupun isinya kebanyakan tentang perasaannya kepada orang yang dia suka. Tapi, bagi kami yang tak pernah tahu kehidupannya, kami tahu perasaannya lewat tulisan yang dia tulis dalam lembar buku hariannya. Kadang, kami menemukan tulisannya berada pada lembar terakhir dalam kamus-kamus kecil.

Kamu pun begitu, tak berani mengungkapkan apa yang dirasakan. Ayo cobalah untuk sedikit terbuka kepada kami. Cobalah untuk memberanikan diri, kami siap mendengarkan keluhanmu. Jangan dipendam, jangan disimpan sendiri. Tak baik untuk kesehatanmu, tak baik untuk hatimu, dan tak baik juga untuk jiwamu. Curhat itu perlu, agar kamu lega agar kami mengetahui apa yang kamu rasakan selama ini.

Cepatlah sembuh, cepatlah sehat. Semoga Allah segera mengangkat sakit yang kamu derita. Mari kita saling terbuka dan hidup sehat bersama.

-fyaalt
#Storyoffyaalt

Komentar

  1. Fyaalt, kok Cerpennya bikin sedih ya dan kok pas banget ya sama kondisi dan kehidupan saya sekarang😪😊

    BalasHapus

Posting Komentar

Popular Posts

Anak Pertama: Sebuah Anugerah

Anak Pertama: Sebuah Anugerah Oleh fyaalt Setelah aku menuliskan ini, aku harap dirimu menjadi lebih kuat, lebih tabah dan lebih sabar. Ingatlah saat hal menjadi Anak Pertama itu adalah sebuah anugerah. Anak pertama dituntut untuk menjadi sosok pemimpin bagi adik-adiknya, dituntut untuk dapat mengayomi dan menjadi panutan? Tidak,semua itu bukanlah suatu tuntutan. Itu adalah tantangan sekaligus anugerah. Dan kamu perlu tau itu. Bahwa untuk menjadi anak pertama memang tidak mudah juga bukan berarti tidak bisa menjalaninya. Semua bisa. Karena kamu hebat. Sebagai anak pertama, kadang kamu berandai-andai untuk mrnjadi yang tak paling tua, memiliki kakak yang dapat membantu biaya hidup keluarga, atau hanya ingin sekadar bermalas-malasan tanpa memikirkan tanggung jawab yang orang tua berikan. Iya sekadar bermanja-manjaan. Namun ternyata, kamu tetaplah anak pertama yang dibahunya tertumpuk berbagai tanggung jawab, memiliki segudang kewajiban dan kamu tak bisa seenaknya mengambil keputusa

CERPEN - LELAKI YANG KU SEBUT AYAH

  LELAKI YANG KU SEBUT AYAH fyaalt Ketika  langit mulai mewarnai dirinya menjadi warna oranye kemerahan dan mentari tergantikan oleh benda bulat putih yang disebut bulan, lelaki itu kembali datang ke rumah dengan suara motornya yang sangat ku kenali bahkan dari kejauhan. Ketika lelaki itu sampai di depan gerbang, aku keluar untuk membantunya menggeser pagar yang menutupi jalan masuknya. Sekali lagi ku pandangi ia yang amat lelah dengan keringat basah yang  menempel  di wajahnya. Adzan mulai berkumandang sesaat tepat ketika lelaki itu menginjakkan kakinya di depan pintu masuk rumah kemudian adik-adik kecilku mulai berlarian sambil berteriak,  ”Ayaaaah!!”  Raut wajah lelah itu tergantikan oleh senyuman yang    seolah    adalah obat dari lelahnya. Bunda juga keluar dari tempat nyamannya untuk menyambut kedatangan ayah dengan senyuman, dan wewangian sambil salam menyium tangan ayah. Aku mulai berjalan ke arah kamar mandi untuk mengerjakan wudhu dan kemudian sholat. Bunda, ayah, dan adik-ad

CERPEN - Si Pengadu

Si Pengadu oleh fyaalt    "Eh bapaknya si Mia datang awas lo dicariin" "Beneran anjing si Mia" "Iya udah mending lu duduk dulu aja jangan masuk dulu ke situ" Mentari baru saja menyinari halaman sekolahku. Di saat aku mulai memasuki gerbang sekolah dengan motor win ayahku. Aku merasa seperti punya power hari ini. Senyuman ku tak bisa ku sembunyikan lagi. semua orang memandangiku.itu artinya mereka tahu jika ayahku datang ada orang yang perlu membuat permintaan maaf padaku. "Mana Teh orangnya belum datang" "Belum kayaknya" "Itu bukan tuh yang namanya hafiz" "Bukan orangnya tinggi gede. biasanya datangnya jam 7-an" Pagi itu tak ada yang tak bisa mengalihkan pandangannya dari keberadaan ayahku. Ayahku yang gemuk dan besar mencuri perhatian banyak orang. Terlebih lagi dia dikenal sangar dan galak walaupun bukan preman.  "Yah Itu tuh yang namanya hafiz yang pakai tas merah" "Itu" Ayahku menghampiri dan