Langsung ke konten utama

CATATAN


SETIAP
Oleh fyaalt

Setiap kali malam datang, aku selalu ingin duduk berdua denganmu. memandangi bulan, menghabiskan malam. Bercerita tentang seharian yang kita lakukan, bertukar pikiran membahas arti kehidupan yang tak pernah ada ujungnya. Sampai kita berdiam, hanya saling pandang, tertawa untuk menghilangkan kecanggungan karena kehabisan topik pembicaraan.

Setiap kali malam datang, aku ingin selalu menjadi orang yang kamu pikir pertama kali. Aku ingin menjadi tempat ternyaman saat kamu lelah dengan drama dunia. Aku ingin menjadi pendengar setia saat kamu ingin berbagi cerita. Aku ingin menjadi penasihat saat kamu tak tahu arah yang akan diperbuat dan aku ingin menjadi pendebat perihal kebaikan yang tak kamu kerjakan.

Setiap kali malam datang, aku ingin memeluk hangat tubuhmu. Menangis lama dipelukkanmu sampai terlelapnya tubuhku di pelukmu, dan tak melepas genggaman tanganmu. Sampai akhirnya ku sadari waktu semalaman telah berlalu, sebentar lagi fajar menghampiri.
Setiap dini hari, Ternyata ku sadari, itu semua barulah ekspektasi, khayalan mimpi, bunga-bunga tidur semalam.

Kuambil nafas panjang, Lantas Kuniatkan untuk berharap pada sang pemilik Cinta.

Setiap dini hari, dihadapan Sang pemilik semesta, aku bersujud mensyukuri semua hal yang sudah terjadi. Dihadapan sang pemilik cinta, aku mengadahkan tangan, menyebut namanya disetiap malam, mendoakan sosok makhluk yang sedang ku perjuangkan. Semoga kelak aku dan ia disandingkan didunia dan akhirat, di jannah-Nya.

Dini hari, adalah waktu kesukaanku. Bersua dengan Maha Pencipta, menceritakan bahwa bersyukurnya aku jatuh cinta padanya. Dan momen mengobrol dengan Tuhan mendoakan dia setiap malam adalah hal yang paling aku suka, dan aku tidak bisa berhenti untuk tidak mendoakan dirinya.

Untuk mu, seseorang yang sangat ku cintai.

Komentar

Popular Posts

CERPEN - LELAKI YANG KU SEBUT AYAH

  LELAKI YANG KU SEBUT AYAH fyaalt Ketika  langit mulai mewarnai dirinya menjadi warna oranye kemerahan dan mentari tergantikan oleh benda bulat putih yang disebut bulan, lelaki itu kembali datang ke rumah dengan suara motornya yang sangat ku kenali bahkan dari kejauhan. Ketika lelaki itu sampai di depan gerbang, aku keluar untuk membantunya menggeser pagar yang menutupi jalan masuknya. Sekali lagi ku pandangi ia yang amat lelah dengan keringat basah yang  menempel  di wajahnya. Adzan mulai berkumandang sesaat tepat ketika lelaki itu menginjakkan kakinya di depan pintu masuk rumah kemudian adik-adik kecilku mulai berlarian sambil berteriak,  ”Ayaaaah!!”  Raut wajah lelah itu tergantikan oleh senyuman yang    seolah    adalah obat dari lelahnya. Bunda juga keluar dari tempat nyamannya untuk menyambut kedatangan ayah dengan senyuman, dan wewangian sambil salam menyium tangan ayah. Aku mulai berjalan ke arah kamar mandi untuk mengerjakan wu...

Cerpen - Fragmen Satu Keluarga

  Fragmen Satu Keluarga oleh fyaalt Malam itu setelah mengerjakan PR aku berdiri tegak seraya menggenggam tanganku dan menyatakan bahwa aku sudah siap untuk menonton kartun kesukaanku.  “Aku siap! Aku siap! Ga boleh siapapun ganggu aku!” teriakku dalam hati. Malam itu Kakak merebahkan badan di kursi dan mulai memakai headphone kesayangannya. Dengan kaki yang di tekuk dan diangkat ke atas,  tangan kirinya sibuk memegangi gadget sedangkan tangan kanannya memegang kipas mini berwarna biru. Mukanya berwarna hijau seperti terkena tai kerbau. “Hei.. kak.. aku sudah selesai.” Kataku kepada kakak yang duduk di kursi tapi kakakku tak mendengar bahkan menoleh sekalipun.  Aku melirik ruang tamu yang masih kosong belum di datangi oleh ibu, bapak, dan kakak-kakakku. Aku akan cepat membereskan buku-buku ini dan menyimpannya. Aku berlari dan mencari remote tv yang sudah ku sembunyikan di dalam kain yang menutupi bantal.  “Hahaha… tidak ada yang akan menggangguku!” kataku dalam...

CATATAN

RETORIKA Oleh fyaalt Tau apa sih kita tentang masa depan? Tau apa sih kita tentang apa yang akan terjadi besok pagi? Tau apa sih kita dengan seseorang yang hari ini menyatakan rasa mungkin besok bisa saja hilang entah kemana. Tau apa? Tidak tau, bukan? Kenapa kita suka menduga-duga apa yang akan terjadi besok? Kenapa juga kita harus menduga-duga tentang respon pesan dari seseorang yang kita suka?   Kenapa kita lebih suka berprasangka dahulu sebelum mencoba? Kenapa? Setiap dari kita mencoba menggantungkan bahagia kepada orang lain. Kebanyakan dari kita lebih takut dengan kenyataan yang terjadi. Dan kita lebih suka berekspektasi tinggi sampai tak siap dengan kecewa yang akan dihadapi karena tak sesuai dengan apa yang diharapkan dalam pemikiran sendiri. Benar begitu bukan?